Pages

Kamis, November 27, 2008

Percikan Ilmu : Arti Devaluasi dan Revaluasi

Memang kadang gue malas untuk berfikir, memikirkan hal-hal yang seharusnya gue fikirkan apalagi memikirkan hal-hal kecil yang tidak harus gue fikirkan. Mungkin benar kata George M. Fredrickson, dalam bukunya dia membedakan beberapa ras manusia seperti orang Eropa berwatak tenang dan cerdas, orang Afrika berpawakan gempal tapi bebal, orang Cina ceriwis dan mata duitan, orang Melayu yang malas dan lamban, dan ras-ras lain sebagainya. Setelah membaca statement si George itu gue mulai instrospeksi diri dan sepertinya darah Melayu telah mengalir kental dalam nadi gue, itu seperti secara tidak langsung gue berkata bahwa gue itu malas dan lamban. Gue akui saja sisi aneh tersebut dalam diri gue, karena sisi tersebut susah sekali untuk gue sembunyikan.


Gambar : Pemilik otak yang masih murni (baca: tidak pernah dipakai untuk berfikir)

Tapi ada yang perlu diingat, bahwa walaupun sifat gue yang begini begitu, otak gue sama sekali tidak kosong, masih ada di pojok-pojok di dalam otak gue yang menyimpan informasi penting dan berharga, jadi bisa dibilang gue adalah orang yang cerdas, karena otak gue ada isinya, masalah kuantitas tidak menjadi masalah, apalagi kualitas, itu bisa dibicarakan belakangan.

Jadi teman-teman, jangan sampai kamu-kamu sekalian memvonis gue bodoh di depan gue, katakanlah kalau gue itu cerdas, minimal agar gue senang mendengarnya, soal bagaimana kamu orang menyebut gue di belakang gue itu sudah di luar jangkauan gue, artinya itu urusan kamu dengan Tuhanmu.

Gue sangat bersyukur ketika sampai di Malang untuk pertama kali, gue kebingungan mencari kos untuk tempat tinggal gue. Kenapa justru bersyukur? Padahal gue ‘kan bingung, apalagi gue sewaktu tiba di Malang untuk pertama kali keadaan gue nyaris sendirian tanpa teman yang bisa diajak berbagi suka dan duka kala itu saat menjadi Maba, Mahasiswa Baru yang Basi. Karena dengan kebingungan gue, akhirnya gue dibawa oleh takdir untuk masuk ke Pesantren Luhur, ceritanya cukup panjang dan membosankan, lebih membosankan daripada melihat wayang semalam suntuk buat gue, tapi pada intinya sekarang gue sudah tinggal di Pesantren Luhur dengan seorang pengasuh, yang buat gue, beliau sangat keren!


Gambar : Pengasuh gue (abah Muhdor) yang keren abis!

Beliau dawuh bahwa menjadi seorang manusia itu harus manjadi manusia yang seutuhnya, seperti UU No.14 Tahun 2005, bahwa tujuan Pendidikan Nasional itu untuk membentuk manusia seutuhnya, yaitu manusia yang berilmu, beriman dan berbudi luhur serta ditambah siap untuk menjawab tantangan zaman dengan ilmu multi disipliner. Pendek kata, "kita sebagai seorang manusia, lebih sempit lagi seorang mahasiswa harus mengetahui semua jenis ilmu agar tidak menjadi sarjana goblok", begitu dawuhnya pengasuh gue pada santri-santrinya yang semuanya mahasiswa. Jadi untuk mensukseskan misi Pemerintah yang tak kunjung terealisasi tersebut, maka pengasuh gue mengadakan halaqoh tentang keilmuan umum setiap pagi sebelum para santri kuliah. Ini karena Pemerintah tidak begitu peduli soal UU yang telah dibuatnya, dawuhnya abah, Pemerintah hanya tahu kalau generasi mudanya mau menuntut ilmu tetapi sekaligus tidak mau tahu seberapa ilmu yang sudah mereka dapat, apakah sudah mumpuni jika suatu saat dilaunching ke masyarakat.

Gue kebetulan, mungkin bisa dikatakan begitu, kuliah di UM jurusan Teknik Sipil, gue tahu berapa berat jenis beton, gue tahu apa itu bidang momen, grafik gaya lintang suatu gelagar yang terbebani, gue juga tahu apa itu Clapeyron, apa itu Cross, apa itu Cremona. Tapi gue sama sekali tidak tahu apa yang dipelajari oleh mahasiswa-mahasiswa lain di jurusan yang berbeda. Mungkin itulah yang memotivasi pengasuh pesantren gue untuk mengadakan halaqoh setiap pagi untuk santri-santrinya, agar para santrinnya menjadi sarjana paripurna yang tidak mudah dibohongi orang karena telah menguasai banyak bidang keilmuan. Tentang bagaimana proses halaqoh itu berjalan, mungkin tidak begitu menjadi masalah, bisa gue ceritakan di post-post yang akan datang (insyaalloh…). Yang penting dari halaqoh adalah isi materinya, dan insaalloh akan gue masukkan blog gue ini setiap ada materi halaqoh yang menarik.

Pagi itu, tanggal 25 November halaqoh kita berjudul Pengertian Devaluasi dan Revaluasi. Gue sama sekali tidak akan mengerti tentang yang namanya devaluasi apalagi revaluasi kalau saja gue tidak masuk pesantren ini, karena hal ini urusan para mahasiswa ekonomi dan orang-orang yang berkepentingan dengan hal satu ini. Jadi devaluasi adalah lawan dari revaluasi. Devaluasi sendiri adalah penurunan nilai mata uang “secara sengaja” dan diumumkan atau kebijaksanaan pemerintah dengan menurunkan nilai mata uang sendiri (dalam negeri) terhadap mata uang asing, tujuannya adalah untuk mendorong ekspor dan membatasi impor.

Dampak dari devaluasi adalah barang dan jasa menjadi kurang kompetitif, pertumbuhan ekonomi rendah, pengangguran meningkat dan hutang luar negeri meningkat. Cara yang efektif dan bijak alih-alih mendevaluasi nilai mata uang dalam negeri adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah dan meningkatkan pajak. Tapi untuk Negara Indonesia kita tercinta ini, kebijakan ini masih menjadi dilema jika diterapkan, karena bagaimanapun juga kita masih membutuhkan investasi asing dalam jumlah besar yang mana mengharuskan adanya keringanan pajak agar investor asing menjadi tertarik untuk berinvestasi. Jika seperti ini maka harus dilakukan pengawasan lalu lintas devisa, yaitu memonitor arus keluar masuknya dana selama transaksi baik ekspor maupun impor untuk mengatasinya.

Devaluasi hanya akan terjadi jika suatu negara menganut sistem nilai tukar tetap (fixed rate system), sedangkan saat ini Indonesia menganut sistem nilai tukar mata uang mengambang (floating rate sistem), maka tidak ada istilah devaluasi yang ada hanya pergerakan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang negara-negara lainnya mengikuti arus pasar mata uang dunia.

Sedangkan revaluasi adalah peningkatan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain dan diumumkan oleh pemerintah dengan cara menilai kembali mata uang asing atas dasar yang lebih rendah. Ada pihak-pihak yang untungkan maupun dirugikan dengan adanya revaluasi ini. Pihak yang diuntungkan antara lain adalah,
1.Para pegawai/karyawan yang menerima penghasilan/gaji yang tetap.
2.Para kreditor, sebab nilai pelunasan pinjaman yang diterima akan merosot.
3.Para penerima modal dalam bentuk obligasi dan hipotek, sebab keduanya bagi investor merupakan piutang jangka panjang dimana bunga yang diterima nilainya merosot.
4.Para pengusaha dan pedagang, sebab hasil produksinya menjadi mahal dan terancam tidak laku dijual.

Pihak yang diuntungkan antara lain,
1.Para debitor, sebab nilai pelunasan pinjaman dapat menjadi lebih rendah daripada nilai saat peminjaman.
2.Para investor dalam bentuk saham (untuk inflasi yang lunak yaitu dibawah 10%) sebab keuntungan perusahaan cenderung meningkat sehingga dividen yang diterima juga meningkat.
3.Para pengusaha dan pedagang, sebab harga barang akan naik sehingga keuntungan menjadi tinggi.
4.Para spekulan.

Demikian sebuah percikan ilmu yang gue dapatkan dari pesantren gue, yang mana bagaimanapun juga membuat sudut-sudut di otak gue terisi sedikit demi sedikit. Dan jika ada pembahasan yang salah dalam post gue kali ini silahkan beri komentar, gue akan sangat senang jika masih ada yang memperingatkan gue akan ilmu .

7 comments:

Anonim mengatakan...

Thx atas info devaluasi & revaluasinya, sangat berguna sekali.

Anonim mengatakan...

ohh ya ini ada bbrp link mengenai devaluasi dan revaluasi, maaf hanya bisa memberi link.

http://ekonomi161.blogspot.com/2009/09/membedakan-inflasi-deflasi-revaluasi.html

http://www.indofinanz.com/v92/new_forumviewpost.inz?ID=8705&page=2

tetap semangat menimba ilmu ya :D

BLOG PRAJA HOLIC mengatakan...

mantap.. mantap.. sangat membantu sekali, thanks..
akhirnya otak melayu ku yg juga bebal terisi juga dikit demi sedikit.. haha..

Anonim mengatakan...

jujur aja.. jelek tulisan lu. makin bingung gue abis baca..

Haris Pradipta mengatakan...

@ Anonim di atas: Asem. Seterah gue mau nulis apa.

Anonim mengatakan...

dari tulisan ini cuma satu yang saya herankan dan ingin saya tanyakan, kenapa bisa kamu mengamini justifikasi dan pelabelan2 semacam itu? sungguh menyedihkan!!!! tidak ada alasan atau pembenaran macam apapun untuk seluruh tindakan pelabelan2 seperti itu karena hal tersebut sering kali bermuatan ekonomi-politik. nb. jika yg diagung-agung tentang kesejahteraan, kejayaan (atau) bahkan kecerdasan bangsa eropa sekalipun, maka yang harus diingat bahwa kesejahteraan, kejayaan, kecerdasan eropa, dalam sejarahnya dibangun atas keperkasaan bangsa-bangsa selatan serta dari hasil mereka merampok hasil tanah, air, dan udara, serta seluruh hasil kebudayaan bangsa-bangsa selatan.

Haris Pradipta mengatakan...

@Anonim di atas: Semoga anda bisa menilai segala sesuatu dari sisi positifnya terlebih dahulu. Jadikan tulisan di atas yang anda baca sebagai pemacu semangat untuk lebih baik dari "Bangsa Eropa."
Se-obyektif apaun pendapat ahli, pasti terdapat unsur subyektifnya. Karena sebenarnya saat seseorang menyebut dirinya Obyektif sesungguhnya dia sedang bersikap Subyektif.

Posting Komentar

Penulis mengajak pembaca memberikan donasi untuk pengembangan ilmu. Donasi dapat ditransfer ke rekening berikut a.n. HARIS PRADIPTA PUTRA:

BNI 0242311624

Jika anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut ataupun bantuan seputar artikel di atas, silahkan kontak saya di haris.pradipta[at]gmail.com

Profil Saya

Foto Saya
Saya Haris Pradipta Putra, bekerja di PT. PJB - Badan Pengelola Waduk Cirata/BPWC, di bidang Pemeliharaan Sipil. Terima kasih atas bantuannya dan atas kunjungannya ke blog saya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons